Senin, 29 Desember 2014

sinopsis Golden Kompas "His dark Materials"


Sinopsis Golden Kompas (Kompas Emas)
His Dark Materials
Karya Philip Pullman
J Disusun oleh Santi Irianti J

Bagian 1 : Oxford

                Botol Kristal Berisi Tokay
            Suatu hari, Lyra bersama daemonnya, pantalaimon, menyelinap ke Ruang Rehat. Lyra sangat ingin melihat tempat ini, karena tempat ini hanya untuk para cendekiawan dan para tamu-tamu mereka yang diizinkan, dan tak seorangpun dapat masuk kecuali kepala pelayan.
                Lyra segera bersembunyi di belakang kursi ketika Lyra mendengar suara master, dari belakang kursi Lyra memperhatikan yang master lakukan, ia mendengar bahwa Lord Asrield, paman Lyra, akan berkunjung ke Akademi Jordan ini. Master pun menyiapkan sebotol minuman berisi tokay khusus untuk Lord Asrield, kemudian terlihat master memasukan bubuk putih ke dalam minuman tersebut. Dan Lyra yakin serbuk itu adalah racun. Tak lama kemudian master meninggalkan Ruang Rehat tersebut, pada awalnya Lyra juga kan melesat meninggal Ruang Rehat, namun karena Lyra ragu melihat master akan meracuni pamannya, akhirnya Lyrapun menyelinap ke dalam lemari pakian master. Ia pun mengintip Ruang Rehat melalui celah pada lemari. Tak lema kemudian datang Lord Asrield memasuki Ruang Rehat.
                Sembari menunggu master dan para cendekiawan, Lord Asriel menyiapkan presentasinya dan di meja terdapat sebotol tokay yang telah disampikan pelayan kepada Lord Asrield bahwa tokay itu khusus untuknya. Saar Lord Asrield hendak meminumnya, Lyrapun mencegah pamannya untuk meminumnya, Lord asrielpun hampir marah karena ia tahu, seharusnya Lyra tak ada disini. Lyrapun menjelaskan alasan dan apa yang ia lihat kepada pamannya tersebut, Lord Asrieldpu tak jadi marah. Lyra kembali bersembunyi di dalam lemari, sebelum portir yang membawa bahan presentasi pamannya masuk. Dan Lord Asrield pun berhasil menumpahkan botol tokay dan seakan-akan ya g menumpahkan portir saat ia meletak bahan presentasi Lord Asrield. Portir pun segera minta maaf dan mebersekannya. Tak lama kemudian, master dan beberapa cendekiawan memasuki Ruang Rehat.

Kabar Dari Utara
                Setelah semua para cendekiawan masuk ke dalam Ruang Rehat, Lord Asrield pun segera memulai presentasinya, dan Lyrapun memperhatian dari dalam lemari. Lord Asriel memulai menjelaskan apa yang telah ia selidiki dalam penjelajahannya ke utara. Ya kata orang , Lord Asrield, paman Lyra  terlibat politik tingkat tinggi, penjelajah rahasia, atau terlibat peperangan ditempat jauh. Lord Asriel menunjukan slide pertama seseorang yang telah akil balig dan anak kecil, kemudian menunjukan slide kedua. Pada slide kedua ini sungguh berbeda orang didalamnya seperti bermandikan cahaya, namun itu bukan cahaya tapi Debu. Dan ini hanya dapat dillihat dengan emulsi khusus. Lyra tak mengerti apa yang dimaksud dengan Debu ini, karena yang dimaksud pamannya bukan debu biasa. Slide selanjutnya terdapat gambar aurora dan di dalam aurora tersebut terlihat ada sebuah kota di dalamnya, ya itu kota di dunia lain. Lyra hanya takjub memprehatikannya. Kemudian presentasi terus berlanjut, dan Lyrapun semakin bingung apa yang mereka bicarkan. Akhirnya Lyra pun terlelap di dalam lemari tersebut.
                Tak lama kemudian, Lyra merasakan tubuhnya tergunacang. Ternyata pamannya membangunkannya, dan menyuruh Lyra untuk kembali ke kamar tidurnya. Tapi sebelum ia kembali ke kamar tidur, Lyra menanyakan kepada pamannya apa yang dimaksud dengan Debu, tapi pamannya enggan menjelaskan kepada Lyra.

                Jordan dan Lyra
                Akademi Jordan adalah akademi termegah di Oxford, disinilah Lyra dibesarkan. Lyra bukan anak yang suka diam, ia sering memanjat atap Akademi Jordan bersama Roger, si pesuruh dapur. Selain itu, bersama teman-teman sebayanya kadang terlibat peperangan dengan anak akademi lainnya. Dan masih banyak lagi yang dilakukannya di Akademi Jordan ini.
                Namun akhir-akhir ini banyak anak-anak yang hilang, kata meraka, anak-anak tersebut dibawa oleh para pelahap. Entahlah, apa yang para pelahap lakukan dengan dengan anak-anak itu, banyak simpang siur terdengar, ada yang bilang anak itu di makan atau sebagainya.
Suatu hari, saat Lyra berjalan di Pasar Kuda, terdengar suara ribut dari Ma Costa. Ia mencari Billy, anaknya. Mungkin Billy dibawa oleh para plehap itulah yang mereka simpulkan. Lyra dan teman-temanya, mecoba mencari para pelahap, mereka dengar satu temanya pernah melihat para pelahap, merekapun kesana kemari mencari para pelahap, tapi hasilnya nihil, mereka tak menemukan satupun.
Kemudian Lyrapun kembali menyusuri jalan sempit, sampai akhirnya ia brtemu dengan temannya di dekat gerbang utama di seberang dinding batu tinggi Akademi St Michael. Lyrapun mengobrol sedikit dengan teman-temannya tersebut, sampai ia ingat bahwa seharian ini ia tak berjumpa dengan Roger. Lyrapun segera kembali ke Akademi Jordan dan mencari Roger. Tapi Roger tak ia ketemukan sama sekali, yaaa... Roger juga dibawa oleh para pelahap. Lyra begitu sedih dan gelisah, ia berjanji akan menyelamatkan Roger.

Alethiometer
Malam ini, Lyra makan malam bersama master dan tamu-tamunay di kediaman master. Lyrapun dikenalkan dengan para tamu, ada Dame Hannah Relf yaitu kepala salah satu akademi untuk wanita dan Mrs. Coulter. Kemudian Lyra segera duduk di dekat Mrs. Coulter , Lyrapun segera akrab dengan Mrs. Coulter, ia menceritakan kehidupannya di Akademi Jordan. Begitu juga sebaliknya, Mrs. Coulter juga menceritakan kehidupannya. Lyra sangat tersepona akan cerita-cerita Mrs. Coulter tetntang berburu anjing laut, negoisasai dengan para penyihir dan lainnya.
Setelah makan malam selesai, master menyuruh Lyra untuk tetap tinggal karena ada hal yang ingin dibicarakan dengannya. Kemudian Lyra menuju ruang kerja master. Dari akhir pembicaraan mereka, disimpulakan bahwa Lyra akan diasuh oleh Mrs. Coulter dan betapa senangnya Lyra mendengar hal itu. Dan keesokan paginya mereka akan berangkat. Tetapi, pagi-pagi sebelumnya,  Mrs. Lonsdale membangunkan Lyra dan menyuruh Lyra segera bertemu dengan master sebelum Mrs. Coulter mengetahuinya. Sesampainya di ruang master, master menmberikan bungkusan kain bludru hitam dan didalamnya terdapat alethiometer. Lyra harus menyimpan benda itu baik-baik, jangan sampai orang lain mengetahuinya, termasuk Mrs. Coulter. Lyra pun harus belajar sendiri bagaimana cara menggunakan alat itu. Kemudian Lyrapun bergegas menuju kamarnya kembali, segera bersiap berangkat ke London.

Pesta Koktail
Sekarang Lyra selalu bersama-sama dengan Mrs. Coulter, Lyrapun belajar banyak hal bersama Mrs. Coulter. Belajar matematika, geografi, biologi, sopan santun, dan masih banyak lagi.
Waktupun cepat belalu, sudah enam bulan Lyra tinggal bersama Mrs. Coulter, Mrs. Coulter pun menyelenggrakan pesta koktail. Lyra pun terlihat senang, namun saat Mrs. Coulter menyuruh Lyra meninggalkan tas sandangnya, Lyra enggan meninggalkannya sehingga Mrs. Coulter pun bertindak tegas kepada Lyra.  Lyra pun akhirnya mengikuti pesta koktail itu, dari para tamunya Lyra mendapat berbagai informasi baru, seperti adanya lembaga persembahan yang menculik anak-anak dan ini pun ada kaitannya dengan Debu. Kemudian, Lyra pun betemu dengan lord Boreal, mereka pun bercakap-cakap sebentar dan percakapan ini pun masih tentang Debu. Lyra kembali ke pesta koktail, disini Lyra mendengar bahwa Lord Asriel di tawan di Svalbard yang dijaga oleh beruang berbaju besi.
Cukup sudah Lyra mendengar semua ini, ditambah lagi sepertinya daemon Mrs. Coulter mengetahui alethiometer Lyra. Lyra pun berencana dan bergegas untuk kabur dari rumah ini. Saat ada kesempatan, Lyra pun segera menyelinap keluar dari rumah ini dengan membawa bekal yang telah ia siapkan bersama daemonya.

Jala Lempar
Lyrapun terus berjalan dalam labirin yang gelap, akhirnya Lyra menemukan kedai kopi dipersimpangan jalan. Lyrapun segera mendekan bersama daemonnya untuk memesan satu kopi hangat karen hari ini begitu dingin dan malam telah sangat larut.  Setelah meminum dan makan roti isinya, Lyrapun segera beranjak pergi meninggalkan laki-laki yang telah membayarkan kopi Lyra. Lyra terus berjalan, gerimis hujan pun datang. Lyra dan pantalaimonpun segera mencari tempat berteduh, akhirnya mereka menemukan sebuah kanal. Saat mereaka memeriksa kanal, tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang berlari kearah mereka, laki-laki tersebut membawa jala. Lyrapun segera lari dan pantalaimon mengubah bentuknya menjadi elang agar biasa memberi petunjuk Lyra arah untuk berlari. Namun akhirnya Lyrapu tertangkap juga.
Tiba-tiba, laki-laki yang memegang jala jatuh dan darah banyak yang mengucur dari tubuhnya. Dan tali-tali yang melilit Lyra pun putus, Lyra selamat. Tiga laki-laki ini yang telah menyelamatkan Lyra, ah, mereka orang gipsi dan satu diantaranya adalah Tony Costa kakak dari temanku, Billy. Mereka pun segera berjalan menuju perahu kecil milik Tony Costa, dan mereka pun segara melayarkan perahu mereka.  Lyrapun disambut baik oleh Ma Costa, karena Lyra telah mengenalnya selama di Oxford.
Pagi harinya Lyra bersama Ma Costa dan Tony Costa bercakap-cakap, Lyra menceritakan kejadian yang ia alami semalam. Dan mereka mengira Lyra dibawa oleh para pelahap. Selain itu, Lyra juga menceritakan informasi apa saja yang ia dapat selama pesta koktail semalam. Begitualah, Tony Costa juga memeberikan informasi kepada Lyra tentang para pelahap, salah satunya bahwa anak-anak dibawa ke utara, disana kita akan menemuai penghirup angin dan yang tak bernafas. Lyra sama sekali belum paham betul.

John Faa
Selama diperahu Lyra mengerjekan tugas, seperti memmebersihkan dan menyapu kapal, dan melakukan tugas lainnya. Tapi Lyra justru senang karena menurutnya inilah perkerjaan, Lyra lebih senang disini dari pada bersama Mrs. Coulter. Sedangkan diluar, sedang terjadi penggeledahan dimana-mana oleh polisi dibawah naungan lembaga persembahan untuk mencari gadis cilik yang hilang. Yah gadis cilik yang hilang itu dalah Lyra, tapi Lya tak mengetahuinya. Setiap terjadi penggeladahan dikapal, Ma Costa pun menyebunyikan Lyra di dalam bilik rahasia. Namun lambat laun pun Lyra tahu kan hal itu.
Akhirnya mereka tiba di Belanda-Fen, tempat ini begitu menakutkan karena banyak rawa-rawa. Namun disinilah berkumpulnya para gipsi. Dan tepat pada malam ini akan di adakan penalian, merekapun segera bersiap-siap menuju penalian.
Di dalam aula yang diterangi lampu naftapun telah penuh sesak oleh orang-orang gipsi. Acarapun segera dimulai yang dipimpin oleh John Faa, pemimpin gipsi wilayah barat. Mereka merencanakan bahwa Lyra akan bersama Gipsi dan tak akan menyerahkan kepada para pelahp dan mereka juga akan menyelmatkan anak-anak yang dibawa ke utara.
Setelah penalian selesai, Lyra bersama Tony Costa menemui John Faa dan Farder Coram. Lyra duduk disebelah John Fa. Lyrapun mneceritakan semua kejadian yang ia alami dan semunya bersangkutan dengan Debu. Dan ternyata Farder Coram telah mengenali Lyra dengan baik, ia menyimak dengan baik semua yang lyra ceritakan. Selanjutnya Lyralah yang mendengarkan cerita John Faa mengenai dirinya, ternya orang tua Lyra adalah Lord Asriel dan Mrs. Coulter, sungguh Lyra tak menyangka akan hal itu. Kemudian Lyra menujukan alethiometernya kepada Farder Coram dan john Faa, menurut mereka dari cerita Lyra, Lyra harus menyerahkan alethiometernya kepada Lord Asriel. 

Frustasi
Dalam beberapa hari ini sembari menunggu penalian yang kedua, Lyra mengakrabkan diri dengan lingkungan barunya ini dan ia harus menyesuaikan akan asal-usul dirinya bawha ia putra Lord Asriel. Selama mengisi hari-hari ini, Lyra juga terus menanyakan rincian cerita kelahirannya dan memainkan alethiometer itu, tapi alethiometer itu sungguh tak dipahami oleh Lyra.
                Akhirnya penalian keduapun dimulai, semua persiapan untuk menuju ke utarapun telah disiapkan, orang yang akan menjelajah ke utarapun dibagi tugasnya dengan baik. Pada penalian kedua ini ada sedikit pertentangan, pemuda bernama Raymond ini bermaksud menyerahkan Lyra kepada para pelahap ini. Namun dengan tegas ditentang oleh John Faa atau kita biasa memanggilnya Lord Faa.
                Penalianpun selesai, orang-orang yang telah dikumpulkan untuk menuju ke utara pun berkumpul di tempat perundingan. Lyrapun menyelinap ke ruang perundingan, Lyra memohon kepada Lord Faa untuk memperbolehkannya ikut ke utara. Dengan tegas juga Lord Faa menolak Lyra untuk ikut perjalanan ke utara.

                Mata-mata
                Selama beberapa hari ini, Lyra terus berusaha agar dirinya diikutkan dalam perjalanan ke utara karena ia ingin menyelamatkan Roger. Lyrapun kesana-kemari berusaha merecoki pekerjaan mereka yang akan berangkat ke utara. Namun semuanya gagal, akhirnya ia mencoba mendekati Farder Coram. Bersama Farder Coram, Lyra justru belajar sedikit demi sedikit membaca alethiometernya. Yah, sedikit demi sedikit, Lyra mulai mengerti.
                Tib-tiba, pemuda gipsi masuk dan melaporkan bahwa Jacob Hiusmans kembali dengan luka yang parah. Mereka pun segera menghampiri Jacob dan memanggil dokter. Daemon Jacobpun menceritakan semua yang terjadi, dan ia melaporkan bahwa mereka berhasil menangkap 3 pelahap. Setelah dokter datang, Lyrapun disusruh untuk meninggalkan mereka. Tak berapa lama, Tony Costa memanggilnya dan Lyra harus bergegas menemui Lord Faa. Lord Faa mengizinkan Lyra untuk mengikuti mereka ke utara.
                Sudah dua minggu lamanya mereka berlayar, namu Lyra harus terus berada di dalam kapal karena penggeledahan pencarian gadis cilik ini masih terus berjalan. Di dalam kapalpun, Lyra ditemani Farder Coram untuk berlatih membaa alethiometer itu, dan akhirnya Lyrapun mulai paham dengan alat itu.
                Sudah terlalu lama Lyra tak diizinkan keluar dari dalam kabin, ia pun meminta izin kepada Farder Coram sebentar saja untuk keluar, dan Farder Corampun memperbolehkannya. Lyrapun keluar menghirup udara luar yang segar, tiba-tiba banyak makhluk-makhluk hitam kecil beterbangan, mereka pun menyerang Lyra. Samapai kahirnya mereka pergi, dan Lyra menangkap satu makhuk kecil itu dan segera membawanya masuk. ternyata burung itu adalah mata-mata lembaga persembahan.
                Kapalpun terus berlayar akhirnya mereka sampai di Colby, dan merekapun segera memasuki kapal yan lebih besar untuk perjalanan ke utara.
 
tunggu part 2 and 3-nya yaaa....

Minggu, 19 Oktober 2014

CERPEN - Prasangka Buruk


BERPRASANGKA BURUK
oleh : Santi Irianti

Matahari masih bersembunyi dibalik selimut tebalnya, ayam-ayam jantan yang biasanya berkokok pun masih tidur nyenyak di dalam kandangnya. Namun, dari rumah mungil nan bersih itu derap langkah kaki mulai terdengar, tap . . . tap . . . tap . . . Yah, itu suara langkah kaki Zahra yang terlihat sempoyongan berjalam menuju ke kamar mandi, Zahra adalah gadis kecil siswa SMP Pelita Bangsa. Dini hari, Zahra sudah harus bangun dari tidurya karena ia harus berangkat pagi-pagi ke sekolah, mempersiapkan semua keperluan yang akan dibawanya pada kunjungan wisata kali ini. Air dingin yang mengguyur tubuhnya, membuat tubuh Zahra gemetar.
            “ Ahhh, dingin sekali,” ucap Zahra keluar dari kamar mandi.
            Setelah, Zahra berganti pakaian. Dengan rasa malas yang luar biasa, Zahra pun berangkat ke sekolah. Udara pagi yang dingin serasa menusuk-nusuk tulang Zahra, ditambah lagi kegelisahannya karena tak satu bus dengan teman akrabnya membuat Zahra bertambah malas mengayuh sepedanya ke sekolah yang tak jauh dari rumahnya.
            “ Huhh, pasti nanti nggak seru, deh. Kenapa tak satu bus dengan Linda, sih? Huh menyebalkan,” gerutu Zahra sepanjang perjalanan ke sekolah.
            Yah, sedari tadi hanya perasaan itu yang membuat Zahra tak bersemangat mengikuti kunjungan wisata ini. Tak satu bus dengan teman akrabnya itu, Linda. Ia takut semisal nanti ia tak punya kawan untuk bermain ataupun mengobrol di dalam bus.
            Sesampainya di sekolah, Zahra langsung bergabung dengan teman-temannya. Mempersiapkan semua peralatan dan bekal yang akan dipergunakan pada kunjungan wisata nanti. Sebelum acara dimulai, Zahra menyempatkan diri terlebih dahulu untuk mengobrol dengan Linda.
” Zahra, please deh. Kamu udah gede, kamu harus positive thinking yess, masak iya kamu harus sama aku terus. Capek deh,” ujar Linda pada Zahra.
“ Iyaaa, Linda. Aku bakal coba deh, tapi kalau semisal mereka nggak mau . . .” “ Eits, shut up, my best. Please yes, jangan pikir yang enggak-enggak dong, gimana kamu mau maju kalau kayak gitu, nggak semua orang berpikiran buruk tentangmu. Coba aja deh, misal yah bermain dengan teman satu bus-mu nanti, pasti asyik kalau kamu mau mencobanya,” potong Linda.
Zahra pun hanya diam saja mendengar nasihat sahabat baiknya itu, karena ia tahu sahabatnya itu sekali ngasih nasihat kalau masih dibantah bakal ceramah panjang bin lebar. Hoam deh, hehe.
Jam menunjukan pukul 07.30 WIB, semua siswa pun memasuki bus yang sudah ditentukan oleh guru. Sebelum perjalan dimulai, Zahra dan kawannya memanjatkan do’a terlebih dahulu yang dipimpin oleh Bapak Sugiman, guru mata pelajaran Agama di sekolah Pelita Bangsa.
Perjalan menuju tempat wisata terasa sangat lama bagi Zahra, rasa bosan pun mulai menyelinapi perasaan Zahra.
“Ahh, sungguh menyebalkan sekali hari ini, inginku mencoba bermain dengan mereka. Uhh, perasaan itu selalu kembali lagi. Rasaku slalu tak nyaman dengan mereka, banyak yang kutakutkan. Entah mereka nanti tak suka padaku atau mereka pura-pura bermain denganku, tapi nanti kalau tak aku pasti mereka membicarakanku, entah apalah yang mereka bicarakan pasti semua tentang kejelakanku. Ohh, ya Tuhan. Capek aku kalau harus begini terus. Sungguh aku pengen sekali punya kawan yang terbuka padaku dan mau bilang langsung apa yang mereka tak suka padaku. Ohhh....sial” gerutu Zahra dalam hatinya sepanjang perjalanan.
Perasaan Zahra seperti meledak-meledak, ingin melepaskan semua pikiran buruknya tentang bagaimana teman-teman akan memandang ia. Sungguh ini memang perasaan yang sulit bagi Zahra, melawan semua pikiran buruk dikepalanya.
Zahrapun hanya terdiam di tempat duduknya, dengan kepalanya yang penuh dengan rasa ingin melepas semua pikiran buruknya. Tiba-tiba dari arah belakang tempat duduknya terdengar suara anak yang memanggil namanya.
“ Hai, Zahra. Kamu anak kelas 8B kan? Aku Melati kelas 8A,” ujar melati memperkenalkan diri.
“ Ah, iya. Salam kenal,” balas Zahra sambil tersenyum.
“ Mau ikut main?” tawar melati pada Zahra.
“umm...nggak usah deh,”jawab Zahra sambil tersenyum.
“ Kenapa nggak ikut? Ikut ajalah seru lhoo permainanya, dijamin deh kamu bakal seneng,” ajak Melati sekali lagi, sambil meyakinkan Zahra.
Awalnya Zahra ragu-ragu untuk mengikuti ajakan mereka, namun Zahra ingat pesan Linda apa salahnya mengikuti permainan ini, Zahra harus bisa bergaul dengan orang lain. Akhirnya Zahrapun mengikuti permainan itu, sebelumnya Melati memperkenalkan Zahra pada teman-temannya. Ada Bobi, Alan, Zyta, dan Melan. Dalam permainan ini, siapa yang tidak dapat menyabung lagu akan diberi sanksi, sanksinya yaitu mukanya harus dicoret dengan baby powder yan dibawa oleh Melan. Merekapun memulai permainannya.
“ Burung kakak tua hinggap dicendela nenek sudah tua giginya tinggal dua....” Zyta memulia permainan.
Dua-dua aku sayang ibu....” sambung Alan.
Permainanpun terus berlanjut, gelak tawa merekapun terpecah memenuhi bus saat salah satu dari mereka tidak dapat meneruskan lagu yang dibawakan. Dan sanksi pun menghampiri bagi mereka yang tak dapat meneruskan lagunya. Perasaan bosan dan pikiran negatif Zahra pun lambat laun mulai hilang, ia menikmati perjalanan dengan teman barunya tersebut. Menyenangkan dan sama sekali berbeda dengan apa yang ia pikirkan, membosankan dan selalu memandang Zahra rendah yah semua itu tak ada, mereka sangat mengasyikan. Sedangkan itu,  bapak ibu guru yang berada dalam satu bus ini hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka.
“ Ahhh, udah dong. Capek nih ketawanya. Hahhhaha....” ujar Melan sambil menahan tawanya melihat semua teman-temannya penuh dengan bedak tabur dimukanya.
“ Curang lu, kamu mah masih belum kotor. Masak iya udahan mainnya, nggak seru ah, “ protes Bobi, anak dengan tubu paling gemuk diantara semuanya.
“ Syukurin, siapa suruh kalian  nggak smart,” ujar Melan sambil menjulurkan lidahnya.
Bobi, Alan, Zyta, Melati, dan Zahra pun langsung mengambil bedak tabur untuk dicoretkan pada muka Melan. Muka Melan pun akhirnya penuh dengan bedak tabur, kaena tak sempat mengelak saat mereka menyerbu Melan. Bobi, Alan, Zyta, Melati, dan Zahra pun tertawa terbahak-bahak melihat muka Melan yang penuh dengan bedak tabur ditambah lagi mukanya yang cemberut.
“ Kalian jahat deh, kotorkan mukaku,” protes Melan pada kawan-kawannya itu.
Akhirnya perjalanan mereka ke tempat wisata telah sampai, merekapun langsung menyerbu kamar mandi untuk membersihkan muka mereka yang penuh dengan bedak tabur. Tetapi sebelum mereka bersihkan muka mereka, tak lupa mereka mengambil foto merka sebagai kenang-kenagan.
“ Makasih ya, seneng deh bisa main sama kalian. Kirain tadi aku bakalan bosen di bus. Untung ada kalian, hehe,” ucap Zahra pada teman-temanya.
“ Haha, santai aja. Kita juga seneng bisa kenalan sama kamu,” ucap Melati mewakili teman-temanya.
Kemudian merekapun, kembali pada anggota kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan selanjutnya di tempat wisata ini. Dan Zahrapun langsung menghapiri Linda yang merupakan satu kelompok denganya.
“ Bahagia banget sih, nggak bosen di bus tadi?” ledek Linda.
“ Ya nggaklah, katanya suruh positive thinking,” ucap Zahra.
Lindapun hanya tersenyum melihat sahabat satunya itu bisa berprasangka baik dengan orang yang belum dikenalnya. Yah, Zahra emang orang yang selalu berprasangka buruk pada orang lain. Makanya Linda slalu memberi nasihat pada Zahra. Dan Zahra sangat bersyukur punya sahabat sebaik Linda.

Sabtu, 11 Oktober 2014

contoh dialog bahasa inggris


S    : I have got something to tell you, guest what.
D    : Huh? What is that?
S    : SNSD will come to Indonesia and show in Yogyakarta. As big fan of SNSD, you  have to buy ticket and attend their show? 
D   : Are you kidding me?
S    : No, I’m sure about that.
D   : Wow, that’s good. But do you know? There is girl band frim Indonesia who duplicate SNSD. They duplicate SNSD’s song and dance I dislike them.
S    : What did you say?
D   : I said “there is girl band from Indonesia who duplicate SNSD. They duplicate SNSD’s song and dance. I dislike them.”
S    : No wonder. SNSD  is great inspiration. Where did you get information?
D   :  I get information from internet.
S    : How update you are.
D   : Thanks. By the way, how about your score yesterday?
S    : I got perfect score.
D   : Did you cheat?
S    : No, I do it my self.
D   : Wow, how excellen you are.
S    : Thank you.
D   : Can you help me? Please teach me about the test yesterday because i must repeat the task.
S    : I’m sorry, today a can’t because i must accompany my mother to check her healty in hospital.
D   : I’m sorry to hear that. Please send my regrad to your mother. And how about tommorow? Are you free?
S    : Oh, okay. I’m free. 

in this conversation you will meet with 
- thanking some one
- admiration
- giving information and get information
- giving sympaty
cr : Santi & Dhea